Rabu, 05 Maret 2014

CERITA DIRI UNTUK MEMOTIVASI DIRI PRIBADI




AKU DAN MALAIKATKU
Aku terpojok menatap masa depan, aku tak berani walaupun hanya sekedar bermimpi. Kadang aku berpikir lari dan pasra adalah jawabanya…!!!! Ketika ilmu ingin ku dapat aku kandas dalam keraguan ingin kuliah. Bayang-bayang kemustahilanpun selalu mengahntuiku.
Aku hanya anak petani, itu di benaku..aku tak mau menyusakan hanya untuk egoku mengapai gelar itu galauku..!!! dengan tarikan nafas yang kadang tersendat aku berdoa. Aku berdosaka tuhan jika aku nekat kuliah atau aku membangakan jika aku bergelar. Tuhan jika dengan ini aku bermanfaat maka aku yakin tidak ada yang mustahil di tanganmu…!!!
2009 aku coba meyakinkan diri…aku lulus di universitas negeri di sultra. Namun tidak mencapai 2 semester aku berhenti, aku berhenti bukan aku tak mampu bersaing tapi aku takut ketika aku membutukan sesuatu aku mendapat jawaban dari istana malaikatku “Baik nanti saya usaha utangkan dulu” mungkin kata itu sederhana bagi kalian, tapi kata itu membuatku lumpu dan berharap ada dinding untuk aku merayap…!! Kata itu sering kudengar dan akhirx aku benar-benar lumpu, memutuskan diri untuk mengadu nasip. Aku I terima di perusahaan besar, dengan gajil 2juta perbulan makanan , rumah dan kendraan di jamin.. !! aku mulai bersiul di dalah hati, aku bahagia.. namun itu tidak berlangsung lama, semua jadi abu-abu bagiku…rindu kampus itu yang terus menghantuiku.. !! jika mati tanpa di cabut nyama itu ada maka saat itulah aku mati. Satu pesan yang kudapat dari perjalanan ini Bahwa ternyata Uang Bukan Segalahnya. Dan aku memutuskan berhenti dan mencoba kembali meneruskan mimpiku di bangku kuliah, aku kuliah di Sekolah Swasta di Sultra, di sana aku mulai membena diri, sedikit menghapuskan rasa-rasa egoku…aku bertekat akan membayar semua tertawahan yang kudapat dulu. Aku tampil dengan hati-hati bermimpi memakai toga, hampir di setiap waktu aku membutukan kebutuhan kuliahku aku masi mendengar “ kuliah saja nanti saya usaha utangkan” itu kata dari malaikat yang di kirimkan tuhan kepadaku mereja adalah ayah dan ibuku.. kata-kata yang melumpukan aku itu kini kujadikan batu loncatan untuk tetap semangat mengapai puncak. Pada akhirx 24 Februari aku pertama kali merasakan nikmat bertamba 4 huruf namaku dari la ode bulangkamoni menjadi la ode bulangkamoni,S.Kom.. 1 Maret togapun ku kenakan..!! aku bahagia aku tidak bisa menutupi itu.. hari itu aku kembali bermimpi bahwa tuhan mampu mengangkat mukaku sampai kesini maka aku mohon tuhan angkatkan mukaku sampai aku mampu memakai toga lagi selanjutnya…!! Aku mungkin biasa-biasa saja tapi aku bangga mempunyai 2 malaikat yang luar biasa dalam hidupku..ayah ibu aku terima kasih atas semuanya.. untuk saudara2ku aku bangga bisa menjadi bagian dari utusan2 tuhan yang baik kepadaku…kalian saudaraku segalanya untukku…!! Teman2 kalian hebat, makasi buat guru2ku, dosen2ku, adik2ku, teman2ku…!!! AKU AKAN SELALU BERUNTUNG BISA BERADA di sekeliling kalian yang selalu hebat menopangku…!!! MAKASIH….!!!!

Senin, 03 Maret 2014

ASAL USUL KATA WA DAN LA DALAM MASYARAKAT MUNA DAN BUTON

apa yang perna ku dengar
Makna nama orang muna untuk laki-laki di awali dengan LA dan untuk perempuan WA.
Nama setiap orang muna untuk laki-laki selalu di awali dengan menggunakan kata LA dan perempuan menggunakan kata WA. Ungkapan kata La dan Wa untuk masyarakat Muna dan Buton telah dipahami oleh sebagian besar masyarakat berasal dari kalimat Tauhid yakni dari “syahadat thain” (ashadualla Illallah illallah) dan diartikan La sebagai kesatuan dari kalimat sahadat (bukan penggalan kata) dan untuk Wa bermakna yang sama untuk kalimat sahadat rasul (Washaduanna Muhammad Darasulullah).
Dengan pemahaman tersebut menyebabkan RASA BANGGA melekat bagi mereka yang menggunakan kata depan nama (La/Wa). Pemahaman konsep tersebut dapat bernilai wajar manakala memang demikian adanya, namun minimal penggunaan kata depan La/Wa menjadi pembeda dengan masyarakat lain di nusantara ini, bahkan pada skala dunia.
Pemaknaan kerangka berpikir dan pemahaman masyarakat dengan penggunaan nama depan La dan Wa dikaitkan dengan sumber asal katanya. Secara garis besar, ada dua pemikiran saudara saya di jazirah muna dan buton yang menjelaskan asal kata depan “La” sebagai berikut :
Kata La diambil dari kalimat tauhid (sahadat) “ashadualLa Illallah illallah”,
Kata La diambil dari kalimat tahlil “La Ilaha illallah”, Sedangkan untuk kata Wa, mempunyai asal kata yang sama yakni dari kalima Wa ashadu anna muhammad darasullullah (sahadat rasul).
Pemahaman Makna Kata “Ode” oleh Masyarakat Jazirah Muna Dan Buton saat ini
Makna kata “Ode” secara prinsip umumnya bermakna sama yakni Suatu Kelas Sosio Cultural Masyarakat Dari Kalangan Bangsawan. Informasi/uraian banyak yang tidak menjelaskan apa syarat seseorang dikatakan bangsawan dan berhak menyandang Ode pada namanya. Asal kata “Ode” yang berarti “bangsawan yang ditemukan dalam literatur bahasa arab yang tua”, tidak menjelaskan bahasa arab tua yang mana yang dirujuk, dan apa makna sebenarnya? Kata ode ini adalah bentuk marga yang di gunakan masyarakat muna dari kalangan bangsawan dahulu.  Kata La Ode juga diartikan orang yang mulia atau terpuji di depan Allah. Asal kata Ode merupakan bahasa hidup yang berasal dari bahasa arab, dimana serangkaiannya dengan Kata La/Wa juga dari bahasa arab, sehingga dua kata tersebut menjadi bahasa/huruf hidup (La/Wa+Ode).

WAJIB KLIK DI SINI